Lingkungan Riau Terus Tergerus, Presiden BEM ITB Indragiri Minta Mahasiswa Turun Tangan
INHU- Isu lingkungan kembali menjadi sorotan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) XVIII Tahun 2025 yang digelar di Universitas Lampung. Salah satu suara yang paling lantang datang dari Presiden Mahasiswa BEM ITB Indragiri, Adam Maulana, yang menekankan bahwa persoalan lingkungan di Riau tidak bisa direduksi hanya pada kasus Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
“TNTN memang salah satu potret yang paling sering kita dengar, tetapi bukan satu-satunya luka yang kita hadapi. Riau hari ini dipaksa menanggung kerusakan yang lebih luas: kebakaran hutan yang berulang, alih fungsi lahan yang masif, serta berujung konflik dengan penduduk sekitar. Semua itu menjadi bom waktu bagi kehidupan masyarakat,” ujar Adam dalam forum yang dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai daerah, Senin (29/9).
Adam menegaskan bahwa persoalan lingkungan di Riau harus dilihat secara menyeluruh. Catatan panjang kerusakan alam di provinsi itu menunjukkan dampak serius terhadap kesehatan, ekonomi, hingga hak dasar masyarakat. Setiap musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seakan menjadi agenda tahunan, menyisakan kabut asap yang menyesakkan. Tidak hanya melanda Sumatera dan Kalimantan, asap tebal bahkan pernah menembus hingga ke negara tetangga.
“Ketika hutan Riau terbakar, udara Jakarta ikut kotor. Ketika izin tambang diberikan tanpa kendali, sungai-sungai kita tercemar. Jadi ini bukan sekadar isu lokal, melainkan persoalan bangsa,” tambahnya.
Pernyataan Adam menggambarkan bagaimana masalah lingkungan di Riau berimplikasi luas. Laporan Greenpeace dan sejumlah lembaga lingkungan sebelumnya menyebutkan bahwa setiap kali kebakaran terjadi, ribuan warga terdampak penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kerugian ekonomi akibat terganggunya transportasi udara dan aktivitas perdagangan juga tidak bisa diabaikan.
Kondisi ini diperparah oleh praktik alih fungsi lahan yang terus berlangsung. Dari hutan lindung menjadi perkebunan sawit, dari kawasan resapan menjadi area tambang, hingga ruang hidup masyarakat adat yang semakin terhimpit. Konflik agraria pun kerap muncul, memperlihatkan bahwa masalah lingkungan tak bisa dilepaskan dari kebijakan yang berpihak pada korporasi.
Ajakan Mahasiswa untuk Bertindak
Dalam Rakernas itu, Adam tak hanya berhenti pada kritik. Ia mengajak seluruh mahasiswa Indonesia untuk berperan aktif mencari solusi. Menurutnya, suara mahasiswa tidak boleh berhenti di ruang diskusi, melainkan harus diterjemahkan dalam aksi nyata.
“Peran kita mahasiswa tidak hanya sebatas menyuarakan kritik, tetapi juga mengawal dan berkoordinasi dari masing-masing daerah tentang kondisi yang ada di sekitar,” pungkasnya.
Rakernas BEM SI 2025 yang digelar di Universitas Lampung ini menjadi momentum penting. Forum mahasiswa dari berbagai kampus se-Indonesia tersebut menegaskan bahwa isu lingkungan bukan hanya agenda lokal atau daerah, melainkan tantangan nasional yang membutuhkan keberanian politik, konsistensi pengawasan, serta keberpihakan pada rakyat.(DS)










Tulis Komentar