PLN Akui Defisit Daya di Selatpanjang, Warga Geram karena Pemadaman Tak Berhenti
MERANTI — Pemadaman listrik yang terus berulang di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, kembali memantik amarah warga. Jumat malam, 24 Oktober 2025, ratusan orang memadati halaman kantor Unit Layanan Pelanggan (ULP) PLN Selatpanjang di Jalan Yos Sudarso. Aksi spontan itu pecah setelah wilayah tersebut mengalami padam listrik hampir setiap hari selama sebulan terakhir.
Suasana malam yang biasanya tenang berubah tegang. Di bawah cahaya lampu kendaraan dan senter ponsel, warga dari berbagai kalangan—pemuda, ibu rumah tangga, hingga anak-anak—berkumpul menyerukan tuntutan. “Kami butuh kepastian! Kapan listrik normal kembali?” teriak seorang warga.
Kemarahan warga meletup setelah dua hari berturut-turut listrik padam hingga berjam-jam. Keluhan membanjiri media sosial dan grup-grup pesan. “Sudah malam padam, siang pun padam. Kami ini bayar listrik, bukan bayar gelap,” tulis seorang warga di Facebook.
Aksi yang berlangsung sejak usai magrib itu membuat aparat keamanan berjaga ketat. Polisi dan TNI membentuk barisan pengaman di depan kantor PLN agar massa tak menerobos. Anggota Satpol PP juga ikut membantu pengamanan.
Beberapa pejabat Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti tampak hadir, di antaranya Asisten Administrasi Umum Sudandri Jauzah, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Irmansyah, serta Asisten Administrasi Umum M. Mahdi. Dari unsur kepolisian, hadir Wakapolres Kompol Maitertika dan Kapolsek Tebingtinggi Iptu Daniel Bakkara. Mereka berupaya menenangkan warga dan menjembatani dialog.
Tokoh masyarakat Hendrizal alias Bocang mengambil peran menenangkan massa. Dengan suara lantang ia menyerukan agar warga tetap tertib, namun tetap menuntut kepastian. “Selatpanjang ini sudah ibu kota kabupaten. Jangan lagi diperlakukan seperti dulu. Listrik ini kebutuhan pokok, bukan kemewahan,” katanya disambut sorak warga.
Dalam dialog singkat antara warga, pejabat daerah, dan aparat, muncul dua opsi: pemadaman total selama perbaikan atau pemadaman bergilir dengan pengawasan masyarakat. Warga sepakat pemadaman bergilir tetap dilakukan, namun jadwalnya harus transparan dan diawasi tokoh setempat. “Kalau dalam sepuluh hari listrik tak juga normal, ganti kepala PLN-nya!” teriak Bocang.
Sekitar pukul 21.00, Kepala ULP PLN Selatpanjang, Dalie Priasmoro, keluar menemui warga. Ia meminta maaf dan berjanji pasokan listrik akan kembali normal dalam sepuluh hari. “Kami mohon maaf sebesar-besarnya. Dalam sepuluh hari ke depan akan diupayakan penormalan pasokan listrik,” ujar Dalie.
Ia menjelaskan, gangguan terjadi karena sejumlah mesin pembangkit rusak berat. Dari total kapasitas kebutuhan 12,8 megawatt, daya yang tersedia hanya sekitar 7,8 megawatt. “Artinya, kita defisit sekitar lima megawatt. Karena itu pemadaman bergilir terpaksa dilakukan agar sistem tidak rusak lebih parah,” katanya.
Empat unit mesin kini tengah menjalani perbaikan besar. Tiga unit ditargetkan selesai akhir Oktober, satu lainnya baru bisa beroperasi Desember. “Janji ini juga komitmen dari PLN Wilayah Riau dan Kepri. Kami akan buktikan,” ucap Dalie.
Menanggapi usulan pemadaman total, Dalie menolak. Ia beralasan padam total berisiko pada pelayanan rumah sakit. “Ada pasien yang bergantung pada listrik. Mohon bersabar,” katanya.
Menjelang tengah malam, suasana mulai mereda. Warga berangsur pulang, meski rasa kecewa sih kentara. Di wajah mereka tersisa harapan: agar janji sepuluh hari itu bukan sekadar ucapan, tapi benar-benar membawa terang ke Selatpanjangkota kecil di perbatasan yang masih berjuang melawan gelap.(AL)










Tulis Komentar